Sobat, Bantu klik iklan ya (1x saja)

Senin, 18 Oktober 2010

Teknologi Layar Sentuh : Capasitive Touchscreen vs Resistive Touchscreen

Saat ini banyak muncul ponsel-ponsel dengan layar sentuh, Sekilas layar sentuh pada setiap ponsel memiliki spesifikasi yang serupa. Ternyata pada bagian layar ini terdapat dua teknologi yang berbeda dan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Ponsel dengan navigasi layar sentuh jelas bukan barang baru lagi karena sejak lama konsep layar sentuh telah digunakan secara luas pada PDA phone . Tapi booming ponsel layar sentuh belakangan muncul kembali, terutama setelah hadirnya iPhone 3G beberapa waktu lalu. Dan Ternyata di dunia ponsel layar sentuh terdapat dua platform terknologi yang digunakan. Yaitu layar sentuh jenis Capasitive dan jenis Resistive .

Resistive Touchscreen layarnya dilapisi oleh sebuah lapisan tipis berwarna metalik yang sifatnya konduktif dan resistif terhadap sinyal-sinyal listrik. Resistive Touchscreen bisa disentuh menggunakan jari tangan ataupun stylus pen. Jenis Resistive Touchscreen sampai saat ini paling banyak digunakan, seperti pada Samsung Omnia, Nokia 5800 Xpress Music, dan HTC Touch Diamond.

Sedangkan Capasitive Touchscreen hanya dapat bekerja bila ada sentuhan yang ditujukan ke layar yang berasal dari benda yang sifatnya konduktif seperti jari-jari tangan, berbeda dengan Resistive Touchscreen yang dapat disentuh menggunakan jari tangan maupun stylus pen. Tampilan layar Capasitive Touchscreen pun jauh lebih jernih daripada jenis Resistive Touchscreen . Dengan kemampuan ini, Capasitive Touchscreen tidak mudah terpengaruh oleh gangguan dari debu dan air.

Capasitive Touchscreen memiliki cara kerja yang lebih rumit daripada jenis Resistive Touchscreen , tapi lebih handal dalam ketahanan dan kejernihan. Capasitive Touchscreen memiliki sebuah lapisan pembungkus yang bersifat Capasitive pada seluruh permukaannya. Jenis ponsel yang menggunakan Capasitive Touchscreen diantaranya adalah iPhone dan Android G1 .

Berikut kelebihan dan kekurangan dari kedua teknologi layar sentuh ini :
Resistive Touchscreen
- Visual pada layar indoor : Sangat baik.
- Visual pada layar outdoor : Kurang optimal.
Kadar sensitivitas : Diperlukan sedikit tekanan, dapat menerima respon dari jari (bahkan sarung tangan), ujung kuku dan stylus pen. Cocok untuk handwriting recognition.
- Akurasi : Cukup tajam untuk beragam ukuran resolusi, berkat sylus pen kendali menu lebih akurat, terutama untuk mendukung drawing dan handwriting.
- Harga : Cukup murah untuk desain banyak ponsel.
- Kekuatan kotoran : Permukaan lebih soft, layar lebih cepat terkena kotoran. Secara berkala diperlukan kalibrasi. Untuk itu diperlukan screen guard.
- Kebersihan : Dengan bisa diakses oleh ujung kuku dan stylus pen membuat layar relatif lebih bersih terhindar dari sidik jari dan lemak yang biasa muncul di layar.

Capasitive Touchscreen
- Visual pada layar indoor : Sangat baik.
- Visual pada layar outdoor : Sangat baik.
- Kadar sensitivitas : Lebih responsif terhadap sentuhan jari, tidak bisa merespon dari bahan sarung tangan, ujung kuku dan stylus pen. Tidak cocok untuk handwriting recognition.
- Akurasi : Cukup akurat untuk beberapa pixels, akurasi juga dipengaruhi dari ukuran ujung jari penggunanya.
- Harga : Lebih mahal antara 10% hingga 50%.
- Kekuatan kotoran : Layar lebih tahan terhadap efek kotoran.
- Kebersihan : Lebih cepat terkena kotoran, tapi bahan kacanya juga lebih cepat dan mudah dibesihkan.

sekedar sharing info (lzm)

Rabu, 13 Oktober 2010

Legenda Li Chung Yun - Manusia Yang Berumur 256 Tahun

Pepatahnya: "Jagalah agar hatimu tetap tenang, duduklah seperti kura-kura, berjalanlah dengan riang seperti merpati dan tidurlah seperti seekor anjing."
Itulah kalimat nasehat yang diberikan oleh Li Chung Yun ketika seorang kepala suku bernama Wu Pu Fei mengundangnya ke rumah dan menanyakan rahasia umur panjang. Li Chung Yun meninggal pada tanggal 6 Mei 1933. Saat itu usianya 256 tahun.


Mr Li tinggal di propinsi Sichuan di Cina dimana umur panjang melambangkan kebesaran seseorang. Pada saat usianya 10 tahun, ia sudah berkelana ke Kansu, Shansi, Tibet, Annam, Siam dan Manchuria untuk mengumpulkan tanaman obat. Ia terus mengumpulkan tanaman obat hingga berumur 100 tahun.
Beberapa sumber mengatakan bahwa Mr.Li telah menguburkan 23 Istri dan pada saat meninggalnya ia hidup bersama istri ke 24. Dari ke-24 istrinya, Li memiliki anak cucu hingga 11 generasi dan berjumlah sekitar 200 orang. Ia memiliki kuku yang panjang sekitar 6 inci. Walapun usianya sudah 200 tahun lebih, namun dalam pandangan orang-orang ia kelihatan seperti seseorang yang berusia 60 tahun-an.

Menurut Mr. Li, ia lahir tahun 1736. Namun pada tahun 1930, seorang profesor dari departemen pendidikan universitas Chengdu yang bernama Wu Chung Chieh menemukan sebuah catatan dari kerajaan Cina yang memberikan ucapan selamat kepada Li Ching Yun atas ulang tahunnya yang ke-150 tahun. Ucapan selamat itu diberikan pada tahun 1827. Apabila pada tahun 1827 ia berulang tahun ke-150, maka itu berarti catatan kerajaan menunjukkan bahwa Mr. Li lahir pada tahun 1677 dan saat meninggal di tahun 1933, ia berumur 256 tahun.

Pada saat kematiannya, ucapan dukacita untuk Mr.Li dipublikasikan oleh media-media ternama dunia, termasuk The New York Times dan Times Magazine.

Apakah Li lahir tahun 1677 atau 1736 seperti pengakuannya ? Apabila ia lahir tahun 1736 sesuai pengakuannya, berarti ia meninggal pada usia 197 tahun, jauh lebih lama dibandingkan dengan orang tertua yang pernah tercatat yaitu Jeanne Louise Calment dari Perancis yang meninggal pada tahun 1997 di usia 122 tahun 164 hari. Sebelumnya, di Cina juga pernah tercatat adanya seorang yang bernama Chen Jun yang dipercaya meninggal pada usia 443 tahun.

Selama hidupnya, Mr Li dikenal sebagai seorang Herbalis dan ahli kungfu. Pada tahun 1749 ketika ia berumur 71 tahun, ia pindah ke kota Kai Xian untuk bergabung dengan pasukan Cina sebagai pelatih kungfu dan penasehat militer.

Kisah hidupnya kemudian mengalir seperti sebuah kisah dari film-film silat yang kita tonton. Salah seorang murid Mr. Li, yaitu Master Tai Chi bernama Da Liu menceritakan kisah ini. Pada saat Mr. Li berusia 130 tahun, ia berjumpa dengan seorang pertapa di sebuah gunung yang kemudian mengajarinya Jiulong Baguazhang (sembilan naga delapan diagram telapak tangan) dan Qigong (tenaga dalam) dengan instruksi pernapasan khusus, pergerakan dan cara mengkordinasikannya dengan suara spesifik serta rekomendasi makanan. Da Liu mengatakan bahwa Mr.Li dapat memiliki umur panjang karena ia secara teratur melakukan latihan-latihan tersebut setiap hari, secara teratur, dengan benar dan dengan tulus selama 120 tahun. Sampai saat ini, para praktisi Jiulong Baguazhang modern mengakui bahwa pengetahuan yang mereka peroleh berasal langsung dari Mr. Li.
Pada tahun 1933, ia meninggal dunia. Mr li pernah berkata kepada seorang sahabat,"Aku telah menyelesaikan semua hal yang harus diselesaikan di dunia ini, sekarang aku akan pulang." Li Chung Yun meninggal tidak lama setelah itu. Dan sejak itu muncullah Legenda Li Chung Yun, Manusia yang berumur 256 tahun (zm)